Kamis, 12 Juli 2012

ABSES PELVIC


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. 
Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

B.     Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas penulisan makalah askeb IV dengan pokok bahasan tentang “Abses pelvik”, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang Abses pelviks.

C.    Manfa­at Penulisan
1.      Bagi penulis
Sebagai media untuk memberikan informasi atau wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang “Abses pelviks”.
2.      Bagi Pembaca.
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai  bahan bacaan dan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang “Abses pelviks”.







BAB II
PEMBAHASAN

I.     ABSES PELVIC
A.  Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
B.  Etiologi / Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: 
1.        Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2.        Skistosomiasis (infeksi parasit)
3.        Tuberkulosis
4.        Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.  
C.  Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. 
Faktor resiko terjadinya PID:
1.    Aktivitas seksual pada masa remaja
2.    Berganti-ganti pasangan seksual
3.    Pernah menderita PID
4.    Pernah menderita penyakit menular seksual
5.    Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

D.  Tanda dan Gejala 
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.  
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
1.        Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2.        Demam
3.        Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
4.        Kram karena menstruasi
5.        Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6.        Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7.        Nyeri punggung bagian bawah
8.        Kelelahan
9.        Nafsu makan berkurang
10.    Sering berkemih
11.    Nyeri ketika berkemih.
E.  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1.        Pemeriksaan darah lengkap
2.        Pemeriksan cairan dari serviks
3.        Kuldosentesis
4.        Laparoskopi
5.        USG panggul.
F.   Terapi   
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik 
Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. 
Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untukmengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Meskipun segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni, peritonitis yang bias membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke posterior dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
      Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
      Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

B.     SARAN
      Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai prosedur.




DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
      Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
      Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: 
      Arcan
Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC