BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita
penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik,
infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Terdapat peningkatan jumlah penyakit
ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk
diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti
spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi
endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus
terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas penulisan
makalah askeb IV dengan pokok bahasan tentang “Abses pelvik”,
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang Abses pelviks.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi
penulis
Sebagai
media untuk memberikan informasi atau wawasan dan meningkatkan pengetahuan
tentang “Abses pelviks”.
2. Bagi
Pembaca.
Diharapkan
makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai
bahan bacaan dan untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang “Abses
pelviks”.
BAB II
PEMBAHASAN
I. ABSES PELVIC
A. Definisi
Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama
terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada
wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi
bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
B. Etiologi / Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi
apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke
atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk
seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah Neiserreia Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari
leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah
kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan
dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
Penyebab lainnya yang lebih jarang
terjadi adalah:
1.
Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2.
Skistosomiasis (infeksi parasit)
3.
Tuberkulosis.
4.
Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
C. Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di
bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal
ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan
seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor
lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Faktor resiko terjadinya PID:
1.
Aktivitas seksual pada masa remaja
2.
Berganti-ganti pasangan seksual
3.
Pernah menderita PID
4.
Pernah menderita penyakit menular seksual
5.
Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
D. Tanda dan Gejala
Gejala biasanya muncul segera
setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah
yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan
menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan.
Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.
Infeksi bisa menyebar ke struktur di
sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa
yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium maupun
panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan
nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami
syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah
sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin
ditemukan pada PID:
1.
Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2.
Demam
3.
Perdarahan
menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam
4.
Kram
karena menstruasi
5.
Nyeri
ketika melakukan hubungan seksual
6.
Perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual
7.
Nyeri
punggung bagian bawah
8.
Kelelahan
9.
Nafsu
makan berkurang
10.
Sering
berkemih
11.
Nyeri
ketika berkemih.
E. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa
dilakukan:
1.
Pemeriksaan
darah lengkap
2.
Pemeriksan
cairan dari serviks
3.
Kuldosentesis
4.
Laparoskopi
5.
USG
panggul.
F. Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini
adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas
(tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik
Pengobatan dengan antibiotik, baik
disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama.
Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan
perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan
penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita gonorea atau
infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Seseorang dapat menderita penyakit
menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untukmengurangi risiko terkena
penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan
diobati apabila memiliki PMS.
Meskipun
segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis,
kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan mengalami supurasi sehingga
terbentuk massa benjolan pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias
menonjol diatas ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita
tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas
tetap memburuk tetapi panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses
kedalam kavum peritoni, peritonitis yang bias membawa kematian dapat terjadi.
Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak
terjangkaub dengan tindakan drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi
computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang
retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah
digunakan.
Bila
pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan
kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti biotika broad
spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam
ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol
500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama
24 jam.
Pada
keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan
menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang
terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar
maupu ke posterior dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan
antibiotika yang adekuat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Gejala
biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Infeksi
bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk
abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga
panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih
jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
B. SARAN
Untuk
para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan
tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai
steril dan sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida
Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
Arcan
Cunningham,Donald
Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC